Kamis, 14 Februari 2013

Kisah Wanita Yang Selalu Berbicara dengan Bahasa Al Qur'an


Semoga Catatan ini bisa menjadi bahan Renungan Buat Kita Tentang Pentingnya menjaga Lidah Kita karena kelak semua yang keluar dari mulut kita akan dimintai pertangungjawaban
Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :
Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.
Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Abdullah : “Assalamu’alaikum warahma wabarakaatuh.” Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (artinya : “Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih”)
Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?” Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 ) (“Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya”)
Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.
Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?” Wanita tua : “Subhanalladzi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.” (QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa”)
Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.
Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?” Wanita tua : “Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10) (“Selama tiga malam dalam keadaan sehat”)
Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?” Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ : 79) (“Dialah pemberi aku makan dan minum”)
Abdullah : “Dengan apa anda melakukan wudhu?” Wanita tua : “Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah :6) (“Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih”)
29
Abdulah : “Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?” Wanita tua : “Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187) (“Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam”) Abdullah : “Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?” Wanita tua : “Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al- Baqarah:158) (“Barang siapa melakukan sunnah lebih baik”)
Abdullah : “Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?” Wanita tua : “Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184) (“Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)
Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?” Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid”)
Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?” Wanita tua : “Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana ‘anhu mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)
Abdullah : “Saya telah berbuat salah, maafkan saya.” Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)
Abdullah : “Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.” Wanita tua : “Wa maa taf’alu min khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)
Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :
Wanita tua : “Qul lil mu’miniina yaghdudhu min abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30) (“Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka”)
Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap lagi.
Wanita tua : “Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum.” (QS. Asy- Syura’ 30) (“Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)
Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu.” Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79) (“Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman”)
Selesai mengikat unta itu saya pun mempersilahkan wanita tua itu naik.
Abdullah : “Silahkan naik sekarang.” Wanita tua : “Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci Tuhan yang telah
30
menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami”)
Saya pun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.
Wanita tua : “Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”)
Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap.
Wanita tua : “Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (“Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur’an”)
Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak.” Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (“Dan tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu”)
Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.
Abdullah : “Apakah anda mempunyai suami?” Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (“Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)
Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.
Abdullah : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?” Wanita tua : “Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia”)
Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.
Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?” Wanita tua : “Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk”)
Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.
Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?” Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (“Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi”) “Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (“Dan Allah berkata-kata kepada Musa”) “Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam : 12) (“Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)
Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.
31
Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu”)
Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :
Wanita tua : “Kuluu wasyrobuu hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al- Haqqah : 24) (“Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu”)
Abdullah : “Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”
Ketiga anak muda ini secara serempak berkata :
“Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an, hanya karena khawatir salah bicara.”
Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap :
“Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-Hadid : 21) (“Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang besar”)

Selasa, 05 Februari 2013

Alam Kubur


ALAM KUBUR bagian 2


………..Pupus sdh harapanku utk mendapatkan pertolongan dr keluarga, anak2 dan isteriku. Kepada siapa lagi aku berharap sdg dari anak2 dan isteriku sj tdk dpt menolongku. Aku menyesal tlh salah mendidik dan mengarahkan anak2ku dulu ketika aku msih hidup di alam dunia. Seharusnya aku mendidik mereka menjadi anak yg sholeh dan bukan anak yg toleh. Aku katakan dmkian krn yg ditoleh oleh anak2 ku adalah hanya harta, pangkat dan derajad yg semuanya itu tdk ada manfaatnya ketika sdh berada di alam barzah. Harusnya dulu aku mendidik mereka menjadi anak yg tawadlu’. Bukan anak yg keladuk, yach.. keladuk mencintai dunia hingga lupa akhiratnya.

Dlm aku melamun sambil merasakan hantaman gada itu, tiba2 datang aku melihat ada serombongan org2 yg turun dari 2 bus yg mana org2 tsb sebagian besar sdh aku kenal. Mereka adalah karyawan pabrik yg kini sdh dikelola oleh anak2ku. Aku yaqin mereka pasti akan menziarahi kuburku. Senang hati ini dan berharap mudah2an dg adanya do’a2 dr mereka akan mampu menghentikan siksaan ini dan syuku2 dpt mengakhiri siksaan yg aku terima. Ternyata benar perkiraanku. Terbukti dr serombongan org yg berjumlh 2 bus itu semuanya berjalan menuju ke arah pusaraku. Aku lihat semuanya berpakaian tanda berkabung dan hny sebagian kecil sj yg tdk. Itupun sebatas anak2 yg mereka ajak. Stlh mereka sampai di pusaraku, sebagian dr mereka ada yg sibuk sana-sini, ada yg bersih2 rumput, ada yg membetulkan pusaraku supaya lebih indah, mungkin.

Yg lebih menyakitkan hatiku adlh ada yg membawa camera video utk mengabadikan event tsb shg disibukkan dg ulah geraknya yg seolah sdg melakukan shooting film. Aduh.. bangsat benar ini org, seandainya dia tahu bhw semua yg dilakukan itu tdk ada manfaatnya sama sekali utkku. Bukan itu yg aku minta, akan tetapi keikhlasan do’anya yg dikirm utkku yg mana akan mampu menghentikan siksaku itulah yg aku harapkan. Bukan action yg ia tonjolkan. Lebih parah lagi, sejumlah rombongan seperti sengaja beracting ketika tahu mereka sdg disorot camera video. Kmdian aku melihat sepertinya ada seorang ustadz yg duduk disamping pusaraku yg sepertinya akan memimpin do’a utkku. Mudah2an do’a yg dipimpin olehnya inilah yg tembus kepada 2 algojo maut itu. “Assalamu’alaikum Wr.Wb.” suara salam dr sang Ustadz menghentikan suara riuh dari org2 yg sibuk sendiri2 yg kmd menjawab salam tsb.

Stlh mendapt jawaban salamnya, sang ustadz melanjutkan bicaranya yg intinya para peziarah diminta keikhlasanya berdo’a utk dikirimkan kpdku.

Diantara kalimat2 yg disampaikan oleh ustadz tsb adalah : “Bapak2 dan ibu2 serta semua yg hadlir disini, kita semua tahu bhw almarhum adlh org yg baik, dermawan, suka menolong dan org yg tlh menyempurnakan rukun islam yg ke 5. Marilah kita do’akan semoga almarhum mendapatkan tempat yg layak disisiNya sesuai amal ibadah serta perbuatannya.” Kmdian suara koor bersama mengamini apa yg disampaikan oleh sang ustadz tsb “Amiin!”. Dlm hatiku memaki, justru malah gebugan demi gebugan aku terima sebagai akibat perbuatan ketika msh hidup di alam dunia : “Demiiiit!” mereka semua, kok malah mengamini perkataan ustadz itu.

Betapa seandainya mereka tahu bhw aku msh tetap dihajar habis2 an oleh 2 monster itu walaupun mereka semua berdo’a untukku. Kmdian aku lihat sang ustadz sdh memulai memimpin pembacaan tahlil dan tahmidz yg kmd dilanjutkan dg do’a-do’a yg diamini oleh seluruh peserta ziarah termasuk juga anak dan isteriku yg ada dlm rombongan tsb. Bersamaan dg kumandang tahlil itu diriku msh tetap sj mendapat gebugan yg membuat diriku protes kepada ke 2 monster itu : “Wahai algojo, mengapa aku tetap kau siksa sedang dirimu tahu ada serombongan orang yg sdg berdo’a utkku ?” tanyaku penasaran. “Do’a mereka tdk ada yg ikhlas! Ustadznya berdo’a krn berharap mendapat imbalan. Dan rombongan yg datang berziarah sdg memanfaatkan kesempatan mumpung ada gratisan dari pabrikmu yg sekarang dikelola oleh keluargamu.” Jwb monster itu sambil tetap sj menggebugi diriku. “Tapi disitu ada juga anak isteriku yg ikut berdo’a utkku ?” desakku dg penuh kejengkelan. ‘Keluargamupun juga tdk ada yg ikhlas ! Mereka kekuburmu krn agar dikatakan org sbg keluarga yg sholeh dan krn juga merasa syukur kepadamu krn kau tinggali harta yg banyak.” Jelas algojo itu.

Lemas sekujur tubuhku mendengar keterangan monster itu, dan kepada siapa lagi aku bergantung ?
Aku merenung memikirkan nasibku ke depan, masih jauh membentang dg ukuran waktu yg memanjang yg penuh siksaan berulang-ulang. Para pembaca yg budiman, aku berpesan agar nasibku ini tdk akan menimpa anda, maka persiapkanlah sedini mungkin hal2 sbb :

Didiklah putra-putri anda menjadi anak yg sholeh / shlolehah krn merekan akan mampu menolong anda ketika anda di alam kubur nanti.
Carilah ilmu dunia dan ilmu akhirat yg bermanfaat krn ilmu yg bermanfaat juga akan mampu menyelamatkan kita ketika kita sdh di alam barzah nanti.
Perbanyaklah amal jariyah yg mampu menghapus status kita dari Makhluk Alloh yg di adzab menjadi Mkhluk Alloh yg mendapat Rohmat atau pahala.

Ketiga hal itulah sesuatu yg dpt diibaratkan ATM akhirat kita dimana dlm perjalanan kita di alam barzah ketika kehabisan bekal kita bisa menggesek ATM yg saldo dlm rekeningnya telah terisi oleh 3 hal yg sdh kita miliki itu. Kenapa dmk ? Karena :
Anak sholeh yg selalu berdo’a utk org tuanya yg sdh meninggal, maka diibaratkan pengisian saldo kedalam rekening kita ketika kita dlm perjalanan sehingga ketika kita menggesek dg kartu ATM, saldo masih mencukupi.
Demikian juga ilmu yg bermanfaat yg pernah kita tinggalkan di dunia, ini juga dpt diibaratkan pengisian saldo rekening kita.
Amal jariyah yg pernah kita lakukan selama sesuatu yg kita jariyahi itu msh bermanfaat atau msh digunakan, mk saldo pd rekening kita juga selalu terisi.

Demikian apa yg bisa kami sampaikan keadaan saya yg saat ini sedang mengalami siksaan dan penyesalan. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.